Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
3

Mike Portnoy named in top 50 DRUMMERS OF ALL TIME (2009)

| Kamis, Desember 31, 2009
Rhythm Magazine out of the UK took a poll of its readers for the 50 greatest drummers of all time. As Mike said here:

When I saw the October 2009 issue of UK's Rhythm Magazine with the '50 Greatest Drummers of All Time' reader's poll on the cover, I must admit I was curious to open it up and see if I had made the Top 50...
Well, after quickly scanning through the 40's, 30's and 20's and not seeing my name, I was beginning to sadden that perhaps I didn't make the cut.... : (
But then I read on and was surprised to eventually find myself all the way at the top of the list at #5!
Thank you to all the drummers that voted me into such a prestigious poll....
I am truly flattered and honored to be held in such high regard with some of my greatest drumming heroes!
Thanks for all the love :)
Mike Portnoy
The top 5 were...
  1. John Bonham
  2. Buddy Rich
  3. Keith Moon
  4. Neil Peart
  5. Mike Portnoy
0

I Walk Beside You

| Senin, Desember 28, 2009

I WALK BESIDE YOU adalah sebuah lagu dari album Octavarium (Dream Theater, 2005). Lagu ini sedikit berbeda dari lagu Dream Theater yang lainnya, terutama pada unsur musiknya (mungkin karena terinspirasi dari band-band British seperti Coldplay, Keane, dll). Susunan kata pada liriknya pun sangat bagus. seperti berikut:


There's a story in your eyes, I can see the hurt behind your smile, For every sign I recognize, Another one escapes me. Let me know what plagues your mind, Let me be the one to know you best, Be the one to hold you up, When you feel like you're sinking. 

Tell me once again, What's beneath the pain you're feeling, Don't abandon me, Or think you can't be saved…

I walk beside you, Wherever you are, Whatever it takes, No matter how far, Through all that may come, And all that may go, I walk beside you, I walk beside you.

Summon up your ghosts for me, Rest your tired thoughts upon my hand, Step inside the sacred place, When all your dreams seem broken, Resonate inside this temple, Let me be the one who understands, Be the one to carry you, When you can walk no further.

Tell me once again, What's below the surface bleeding, If you've lost your way, I will take you in… 

I walk beside you, Wherever you are, Whatever it takes, No matter how far, Through all that may come, And all that may go, I walk beside you, I walk beside you.

Oh… when everything is wrong, Oh… when hopelessness surrounds you, Oh… the sun will rise again, The tide you swim against will carry you back home, So don't give up… Don't give in… I walk beside you, Wherever you are, Whatever it takes, No matter how far, Through all that may come, And all that may go, I walk beside you, I walk beside you…


Klik link ini untuk mendownload lagu I Walk Beside You: Dream Theater - I Walk Beside You.mp3


6

Knowing (2009)

| Minggu, Desember 27, 2009

Sutradara ~ Alex Proyaz
Pemain ~ Nicolas Cage, Rose Byrne, Chandler Canterbury, Lara Robinson, dan Ben Mendelsohn

Bagaimana rasanya bila Anda bisa melihat apa yang tak terekam di mata orang lain, mendengar yang tidak didengar orang lain dan merasakan apa yang tidak dirasakan orang lain? Anda merasa sesuatu akan terjadi, tapi Anda tidak tahu itu apa. Apakah itu sixth sense atau halusinasi belaka?
Gadis sekolah dasar di Massachusetts, pada tahun 1959, bernama Lucinda Embry, buta tentang masa depan. Namun dialah kunci prediksi kehancuran bumi alias kiamat.

Lucinda dikenal sebagai murid yang misterius, tampangnya menyedihkan, muram dan tak banyak bicara. Sosok terasing di kelas. Namun, dia punya rahasia yang membuat seluruh hidupnya penuh tanda tanya.

Suatu hari, sekolah Lucinda mengadakan acara mengubur sebuah kapsul waktu. Kapsul yang akan dibuka kembali 50 tahun kemudian itu penuh dengan amplop. Dalam amplop-amplop itu berisi gambar anak-anak era 50-an tentang masa depan.

Anehnya, bukan gambar yang dicoretkan Lucinda dalam kertas, melainkan angka acak. Dia menuliskan angka-angka dengan sangat cepat, sampai-sampai gurunya, Ms Taylor, merampas kertas itu. Jangan salah! Bukannya Lucinda maniak angka, dia hanya menulis menuruti bisikan-bisikan di telinganya yang tak terdengar orang lain.

Saat penguburan kapsul waktu, Lucinda tiba-tiba lenyap. Dia menghilang. Semua orang mencarinya. Petugas sekolah pun dikerahkan. Ms Taylor akhirnya menemukan Lucinda. Gadis kecil itu berada di lemari dalam kondisi mengenaskan, jemarinya berlumuran darah.

Tahun 2009, saatnya kapsul waktu diangkat dari kubur. Semua murid saling berebut amplop. Caleb, salah satu murid, mendapat amplop milik Lucinda. Awalnya, ayah Caleb, John Koestler menilai amplop itu hanya keisengan anak-anak masa lalu. Namun, Caleb coba meyakinkan, amplop itu mungkin saja berguna. Penasaran, John yang berprofesi sebagai seorang profesor itu kemudian menelaah setiap digit acak yang tertera dalam kertas tua tersebut.

Mengandalkan googling, John sadar angka-angka itu bukan angka biasa. Angka-angka itu tepat merujuk pada sejumlah tragedi yang memakan korban luar biasa, termasuk peristiwa naas yang merenggut istrinya, ibunda Caleb, hingga membuat John tidak percaya Tuhan.

Setelah hari itu, kehidupan ayah-anak tersebut berubah. Tinggal tiga musibah yang belum terjadi pada 2009. Bagaimana John mengatasi keadaan ini? Sementara Caleb yang tuna rungu sejak lahir harus mendengar bisikan-bisikan, sebagaimana yang didengar Lucinda. John khawatir sekaligus ketakutan, Caleb bakal jadi korban angka berikutnya. Tapi dia tidak mungkin melepaskan diri dari takdir ini. Setelah berjuang sekuat tenaga, menelusuri musibah serta menyusuri kembali jejak Lucinda Embry, John mendapatkan jawaban.

Knowing adalah sebuah novel karya Ryne Douglas Pearson, yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk film di bawah arahan sutradara Alex Proyas. Film yang dirilis kali pertama pada 20 Maret 2009, ini akrab dengan nuansa thriller yang cukup suram. Boleh dibilang, hampir semua penokohan dalam cerita menguras emosi dan kegelisahan.

Inti dari pesan yang ingin disampaikan penulis agaknya tidak jauh beda dari film The Eye. Namun, film yang dibintangi Nicolas Cage ini unggul di tingkat kedalaman kisah. Betapa tidak, Pearson berani mengangkat sisi spiritualitas yang selama ini identik dengan dunia Timur. Dia menggabungkannya dengan derajat ilmiah, teknologi, dan pola pikir realistis ala dunia Barat. Tapi, Knowing bukanlah film hantu.

Pearson sukses menyelundupkan ide sekaligus mendekonstruksi kebenaran tentang sejarah penciptaan alam semesta. Estetika berpikir penulis seakan membongkar paksa pemahaman individu terhadap realita dan kebenaran sejarah peradaban. Bahwa semua yang terjadi di dunia sudah tertulis, tercatat rapi: yang lahir, yang mati, yang datang dan yang pergi. Dan hanya ‘yang terpilih’-lah yang akan menciptakan generasi baru setelah memakan buah Khuldi.
Anda boleh percaya, boleh pula tidak. Karena ini cuma film, hanya cerita: rekonstruksi dari konstruksi atas realitas, yang bisa jadi Anda yakini, bisa pula tidak.

dikutip dari modelayu.com